Hakikat Lomba Panjat Pinang

Ekspresi kegembiraan masyarakat Indonesia menyambut HUT RI ke-78 dengan tagline “Terus Melaju untuk Indonesia Maju” diisi dengan berbagai jenis perlombaan dan seremonial, antara lain balap karung, pukul bantal, tarik tambang, hingga panjat pinang dan umumnya ditutup dengan acara tumpengan.

Selain memiliki tujuan untuk saling bergembira dan menambah keakraban antar masyarakat, berbagai perlombaan yang diselenggarakan oleh para panitia sesungguhnya bermakna yang tidak sembarangan.

Dalam perlombaan panjat pinang, setidaknya ada 3 pelajaran berharga yang dapat diterapkan dalam kehidupan keseharian, yaitu :

Menetapkan Tujuan
Para peserta lomba panjat pinang sebelum memulai kegiatan, terlebih dahulu berkumpul dan menentukan tujuan, kiranya apa saja yang akan dihasilkan saat sampai di puncak. Sungguh hal yang positif dalam menjalani keberlangsungan hidup secara individual maupun kelompok.

Menentukan tujuan sebelum melakukan sesuatu bisa juga disebut sebagai cita-cita. Sejak usia dini, seorang guru mengajarkan kepada anak agar dapat bercita-cita setinggi langit. Hal demikian bukanlah suatu hal yang berlebihan, karena apa saja bisa terjadi pada kehidupan seseorang di masa mendatang.

Dengan adanya cita-cita yang digantungkan dalam semangat seseorang, niscaya gerak langkah dan ucapannya pastilah seputar hal yang ingin didapatkan. Perkumpulannya selalu bersama orang-orang yang memiliki kesamaan disetiap capaian. Tak segan ia meninggalkan siapa saja yang tidak seirama dengannya dalam tujuan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. QS. Al-Hasyr : 18.

Memahami Peran
Dalam mencapai puncak yang akan ditempuh, masing-masing peserta membagi tugas dengan menempatkan sosok berbadan gempal dan kekar dibawah sebagai pertahanan, bertubuh sedang yaitu tidak kurus dan tidak pula berbobot berat ditengah, dan orang yang kurus juga lincah memanjat mendapat posisi diatas untuk menjemput hadiah yang diletakkan pada ujung pohon pinang.

Sebagaimana dalam kehidupan keseharian; pastilah diantara kita tidak sama dalam keahlian maupun fisik. Ada yang sukses dengan mengandalkan otot, begitupun dapat ditemui orang berhasil karena ketampanan dan mahir bersilat lidah, serta pastinya tidak sedikit sosok yang didamba-dambakan sebab kepandaian dan kesalehannya.

 مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّه

“Barang siapa yang mengenal dirinya, niscaya ia mengenal Rabbnya.”

Setiap individu manusia hendaknya mampu menjawab pertanyaan tentang siapakah dirinya dan untuk apakah dirinya diciptakan? Setelah mampu menjawab, pastilah ia tidak lagi memandang dirinya dan orang lain sebelah mata.
Mengapa masih sering kita jumpai dalam keseharian, orang-orang yang tidak mensyukuri keberadaannya bahkan cenderung hanya ingin menjadi orang lain? Kesemuanya itu disebabkan karena belum bahkan tidak banyak diantara kita yang mampu mengenal dirinya secara utuh. Maka pastikanlah, seseorang memiliki guru dalam kehidupannya agar tidak salah arah saat menjalani lika-liku dunia.

لَوْلاَ الْعُلَمَاءَ لَكَانَ النَّاسُ كَالْبَهَائِمِ

“Andai tak ada ulama yang mengajari manusia, tentu kehidupan mereka tak akan ada bedanya dengan binatang.”

Gotong Royong
Kesadaran setiap peserta untuk bergotong royong menuju puncak dan meraih apa yang telah dicita-citakannya merupakan bagian penting dalam perlombaan panjat pinang.
Makna gotong royong sesungguhnya bukanlah hanya dalam perspektif si kuat membantu yang lemah atau sebaliknya yaitu selalu menuntut kepada si lemah agar melayani si kuat, akan tetapi siapapun dapat bersinergi dan bahu membahu mengisi kelemahan yang dimiliki masing-masing individu.

الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى

Tangan yang diatas lebih baik dari tangan yang dibawah.
Mengartikan tangan diatas tidak selalu dengan harta yang dimiliki, akan tetapi segala sesuatu termasuk menyingkirkan duri dari jalan sehingga tidak membahayakan orang lain, mengajarkan ilmu untuk menghilangkan kebodohan, hingga sekedar tersenyum dan menyapa kepada orang yang dijumpai.
Sedangkan arti dari tangan dibawah bukan hanya sekedar meminta, akan tetapi termasuk didalamnya ialah orang yang enggan membalas kebaikan.
Termasuk gotong royong yang mesti dilestarikan ialah menghidupkan ekonomi rakyat dengan berbelanja di warung-warung warga sekitar dan mengoptimalkan UMKM berbasis rumahan.


Pewarta : Media Center PCNU Kota Bekasi

Exit mobile version