Menambah Uang Belanja di Hari Asyura (10 Muharam)

Syekh Nawawi Al Bantani didalam salah satu kitabnya mengatakan didalam kitab Nihayah Zain:

أََنَّ الْأَعْمَالَ فِي يَوْمِ عَاشُورَاءَ اِثْنَا عَشَرَ عَمَلًا الصَّلَاةُ وَالْأولَى أََنْ تََكُوْنَ صَلَاةَ التَّسْبِيْحِ وَالصَّوْمُ وَالصَّدَََقَةُ وَالتَّوْسِعَةُ عَلَى الْعِيَالِ وَالْاِغْتِسَالُ وَزِيَارَةُ الْعَالِمِ الصَّالِحِ وَعِيَادَةُ الْمَرِيْضِ وَمَسْحُ رَأْسِ الْيَتِيْمِ وَالْاِكْتِحَالُ وَتَقْلِيْمُ الْأَظْفَارِ وَقِرَاءََةُ سُوْرَةِ الْإِخْلَاصِ أَلْفَ مَرَّةً وَصِلَةُ الرَّحِمِ

“Sesungguhnya amal-amal di hari Asyura ada 12 amal, yaitu salat dan yang lebih utama ialah salat tasbih, puasa Asyura, sedekah, melapangkan nafkah keluarga, mandi, berkunjung pada orang alim yang salih, menjenguk orang sakit, mengusap kepala anak yatim, memakai celak, memotong kuku, membaca surat Al-Ikhlas seribu kali, dan silaturahim. Hadis yang ada hanyalah pada puasa Asyura dan melapangkan nafkah keluarga.”

Mengenai tujuan melapangkan nafkah keluarga di hari Asyura, Imam asy-Syarwani menjelaskan:

وَيُسَنُّ التَّوْسِعَةُ عَلَى الْعِيَالِ فِي يَوْمِ عَاشُورَاءَ لِيُوَسِّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ السَّنَةَ كُلَّهَا كَمَا فِي الْحَدِيثِ الْحَسَنِ

“Disunahkan melapangkan nafkah keluarga di hari Asyura agar Allah melapangkan kepada orang tersebut di hari-hari yang lain dalam satu tahun Sebagaimana dijelaskan dalam hadis Hasan.” (Hawasyi asy-Syarwani, III/455)

Dengan demikian, melapangkan nafkah keluarga di 10 Muharam (Ayura) merupakan hal yang disunahkan. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menambah uang belanja atau uang saku pada keluarga. Namun harus dengan tujuan yang baik. Sebagaimana keterangan Syekh Khatib as-Syirbini menulis dalam kitab al-Iqna’:

وَأَوْقَاتِ التَّوَسُّعَةِ عَلَى الْعِيَالِ كَيَوْمِ عَاشُورَاءَ وَيَوْمَيْ الْعِيدِ وَلَمْ يُقْصَدْ بِذَلِكَ التَّفَاخُرُ وَالتَّكَاثُرُ بَلْ لِطِيبِ خَاطِرِ الضَّيْفِ وَالْعِيَالِ وَقَضَاءِ وَطَرِهِمْ مِمَّا يَشْتَهُونَهُ

“Dan waktu untuk melapangkan nafkah keluarga ialah di hari Asyura dan dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha). Hal tersebut bukan bertujuan untuk membanggakan diri dan bersaing. Melainkan untuk menyenangkan hati keluarga dan memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan.” (Iqna’ Hamisy Bujairami ‘ala al-Khatib, IV/327)

Exit mobile version