Pemimpin Penuh Kasih Sayang: Kajian QS. Ali Imran:159

Oleh : M. Bachtiar Efendi S.Th.I, MA.

Manusia sebagai pemimpin di bumi memiliki persoalan yang kompleks dalam mewujudkan cita-cita kehidupan bahagia, bukan hanya terhadap sesamanya, melainkan untuk semua makhluk termasuk hewan, tumbuhan, laut, gunung, dan lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan dalam kehidupan ini seorang pemimpin yang penuh kasih sayang terhadap seluruh makhluk.

Dalam QS. Ali Imran : 159 tentang sosok pemimpin penuh kasih sayang, Prof. DR. M. Quraish Shihab berpendapat bahwa Rasulullah saw. sebagai pemimpin mulia di perang Uhud -saat mengetahui kesalahan yang dilakukan oleh kaum muslimin sehingga menyebabkan kekalahan- tidak menunjukkan emosi marah, meskipun sesungguhnya kurang berkenan; beliau saw. tidak memaki dan mempersalahkan para pemanah yang meninggalkan markas mereka, tetapi hanya menegurnya dengan halus. Karena perangai Rasulullah saw. bukanlah sosok pemaki, penuduh, pemitnah dan mudah menyalahkan orang lain.

Redaksi pada ayat tersebut seakan menjelaskan kepada siapa saja bahwa sesungguhnya perangai Nabi Muhammad saw. adalah perangai seorang pemimpin yang sangat luhur; tidak bersikap keras, tidak juga berhati kasar, pemaaf, dan bersedia mendengar saran dari orang lain. Itu semua disebabkan rahmat Allah swr. kepada Rasulullah saw. yang telah mendidiknya sehingga semua faktor yang dapat mempengaruhi kepribadiannya disingkirkan oleh Allah swt. 

Pentingnya Pemimpin Penuh Kasih Sayang

Bumi ini telah diciptakan oleh Allah swt. dengan bentuk yang indah dan diisi dengan segala macam keindahan untuk dinikmati oleh seluruh makhluk-Nya tanpa terkecuali. Seyogyanya manusia sebagai pemimpin mampu menjaga dari kerusakan dan dapat melestarikannya. Namun ironis, dengan tangannyalah bumi ini justru menjadi rusak meskipun di sisi lain ada yang terus berusaha melestarikannya.

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah swt. jadikan yang demikian supaya mereka merasakan sebahagian dari (akibat) perbuatannya, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). QS. Ar-Rum : 41

Kriteria pemimpin ideal dari lingkup keluarga, tetangga, warga, negara, bahkan hingga dunia sekalipun pada hakikatnya telah disampaikan di dalam al-Quran secara jelas agar siapa saja yang dipimpinnya mendapati kesejahteraan, namun sebagian orang justru memilih jalan lain dan menggunakan cara sendiri yang sering kali justru bertentangan dengan al-Quran.

Berikut ayat dalam al-Quran tentang kriteria pemimpin, antara lain :

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

Maka disebabkan kasih sayang dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. QS. Ali Imran : 159

إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا۟ ٱلْأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحْكُمُوا۟ بِٱلْعَدْلِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعًۢا بَصِيرًا

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. QS. An-Nisa : 58

قَالَتْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمَلَؤُا۟ أَفْتُونِى فِىٓ أَمْرِى مَا كُنتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتَّىٰ تَشْهَدُونِ قَالُوا۟ نَحْنُ أُو۟لُوا۟ قُوَّةٍ وَأُو۟لُوا۟ بَأْسٍ شَدِيدٍ وَٱلْأَمْرُ إِلَيْكِ فَٱنظُرِى مَاذَا تَأْمُرِينَ

Berkata dia (Balqis) : “Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)”. Mereka menjawab: “Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada ditanganmu: maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan”. QS. An-Naml : 32 – 33

Berdasarkan beberapa ayat tersebut dapat dipahami, bahwa seorang pemimpin ideal yang penuh dengan kasih sayang terhadap rakyatnya seyogyanya dapat berbuat adil terhadap siapa saja yang berada dalam kepemimpinannya dan berkenan membuka diri untuk bermusyawarah, baik kepada golongannya sendiri (kelompok koalisi) hingga orang diluarnya (kelompok oposisi).

Dalam pandangannya, Prof. DR. M. Quraish Shihab menyatakan bahwa para pemimpin dituntut selalu melakukan musyawarah, yakni ‘bertukar pikiran’ dengan siapa yang dianggap tepat guna mencapai yang terbaik untuk sesama. Mereka juga dituntut untuk memanfaatkan semua potensi. 

Konteks Indonesia yang notabene terdiri dari berbagai golongan dan agama, mengutip pada pandangan pakar tafsir Muhammad Rasyid Ridha tentang larangan untuk menjadikan non muslim sebagai teman kepercayaan (yang dimintai pendapat) dan pemimpin ditengah mayoritas muslim, dikatakan bahwa QS. Al-Maidah : 51 dan Ali Imran : 118 mengandung larangan dan penyebab, jadi larangan tersebut adalah larangan bersyarat, sehingga yang dilarang untuk diangkat menjadi orang yang dipercaya atau dimintai pendapat bahkan pemimpin adalah mereka yang selalu menyusahkan dan membuat sulit kaum muslimin, serta yang telah nampak dari ucapan mereka kebencian.

Kesimpulan

Setiap pemimpin harus mengedepankan kasih sayang kepada rakyatnya dalam memimpin, meskipun ia mengetahui bahwa mereka (rakyat) bersalah yang bisa jadi merugikannya. Sejuta kesalahan yang dilakukan rakyat dapat diatasi dengan satu perbuatan benar orang yang memimpinnya. Sebaliknya, satu kesalahan seorang pemimpin akan sulit diatasi oleh jutaan orang yang dipimpinnya.

Kasih sayang seorang pemimpin kepada rakyatnya bukan berarti meniadakan hukuman bagi para pelaku kesalahan, namun mempertimbangkan dampak di kemudian harinya; menjadi lebih baik atau justru sebaliknya. 

Berbuat adil, bermusyawarah, dan bertawakkal kepada Allah swt. merupakan kunci seorang pemimpin yang memiliki kasih sayang dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Tidak hanya tajam ke bawah dalam memberi sanksi namun tumpul keatas. Berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah, karena kesejahteraan bukan hanya milik segelintir orang.

Wallahu a’lam

Daftar Pustaka

Muhammad Rashid Ridha, Tafsir Al-Mannar, 1367 H, Kairo : Al-Mannar

Muhammad Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, 2001, Jakarta : Mizan, cet. XII

Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, 2002, Jakarta : Lentera Hati, cet. V

M. Bachtiar Efendi S.Th.I, MA.

Koordinator Data Center PCNU Kota Bekasi