Ketua MWCNU Pondok Gede : “Kita kudu ikuti ulama yang sanadnya Jelas”

Lebih dari Seratus lima puluh jamaah NU Hadir pada Kegitan Lailatul Ijtima NU yang ke IX MWC NU Pondok Gede. Lailatul ijtima’ yang di laksanakan pada hari Ahad 30 Oktober 2022 jam 19.00 wib di kediaman ketua anak ranting KH. Aling Syahril di hadiri mustasyar KH Jawaz Abdul khair, Rais Syuriah MWCNU Pondok Gede KH. Ridwan Abdullah, wakil Rais KH. Iskhak Iskandar, Ketua Tanfidziyah Ustadz H. Khairul Huda, katib dan sekretaris MWCNU, Ansor dan Banser serta beberapa pengurus serta jamaah sekitar.

Alhamdulillah perkembangan NU di wil. Jatiwaringin mulai kelihatan gregetnya khususnya di wilayah pondok gede sejak 10 tahun lalu wacum dengab kegiatan2 NU namun pada malam ahad acara lailatul ijtima NU yg ke IX di adakan jama’ah begitu antusias apalagi setelah mengikuti kajian tentang ke-NU-an yang di isi oleh beberapa kyai NU pondok gede demikian KH. Aling Syahril dalam sambutan sambutannya sebagai tuan rumah.

KH.Jawaz Abdul Khoir ( Mustasyar MWC NU Pondok Gede ) dalam kajian kitab Risalah Ahlussunnah wal Jamaah dalam prolog nya menyampaikan bahwa kita kudu pertahankan tradisi orang tua kita, dari zaman ke zaman jangan sampai faham2 lain yang kita ikuti, tapi apa kata kiyai kita, ulama dan orang tua kita dulu yang harus kita dengarkan sebagai pertimbangan.
Ustadz Mulia sebagai ketua Ranting Jatiwaringin menjadi ucapan terimakasih kepada seluruh warga kel. Jatiwaringin yang hadir di lailatul ijtima NU ini. Beliau bangga dan senang malam ini yang hadir sangat antusias.

Selanjutnya KH.Khoirul Huda ( Ketua Tanfidziyah MWCNU pondok Gede ) menyampaikan hal yang sama, bahwa kita kudu harus ikuti ajaran-ajaran ulama-ulama kita yang mempunyai sanad yang jelas. Maka kalau ulama kita doyan tahlil ya kita kudu doyan juga, orang tua kita doyan maulid kudu kita ikutin, jangan sampai kita mengikuti guru-guru baru yg kaga jelas sanadnya dan ajarannya. Demikian kiyai Huda demikian akrab di panggil dengan khas logat betawinya.

Selanjutny KH.Luqman Hakim ( Sekretaris PCNU Kota Bekasi ) sebagai penceramah menyampaikan bahwa NU didirikan oleh orang yang matang tidak hanya dalam segi keilmuan tapi juga rohani karena saat itu Almagfurlah KH. Hasyim Asy’ari saat mendirikan NU dengan istikharah terlebih dahulu kemudian mendapatkan tongkat dari mbah kholil bangkalan sebagai isyarat disetujuinya berdirinya NU. Maka mengurus NU tidak boleh sekedar modal kecerdasan, keilmuan, intelektual saja karena kalau hanya bermodal keilmuan dan kecerdasan saja yang ada adalah takabur dan hilangnya keihlasan. Tapi harus ibadah, riyadhoh, munajat untuk menata hati kita agar kita ikhlas dalam perjuangan di NU. Dzikir ya jabbar ya qohhar dan melestarikan istighotsah dalam setiap kegiatan NU harus terus dilakukan sebagai upaya melunakkan hati kita agar kita ihlas dan tulus dalam perjuangan di NU.

Sekretaris PCNU ini juga menyampaikan bahwa NU dalam dakwahnya harus tampil dengan sejuk dan memahami kondisi di masyarakat dengan dasar Islam rahmatan lil alamin.
Di akhir ceramah nya beliau mengapresiasi dan rasa bangganya pada kegiatan Lailatul Ijtima NU di selenggarakan oleh Pengurus MWCNU Pondok Gede dengan jama’ah membludak ini harus menjadi contoh untuk anak Ranting wilayah lain khususnya di wilayah kec. Pondok Gede beliau berpesan kepada semuanya pengurus NU dari tingkat mwc sampai Ranting dan Anak Ranring untuk terus menjaga Akhlaq kita terutama para pengurus NU…

By Ki Patol